Rabu, 01 Juni 2011

^^ ISEEENG AJAAH....

Barusan saya berkesempatan naik kopaja 20 untuk mencari sesuatu di Pasar Festival. Karena saya naik di jam sepi penumpang saya dapat tempat duduk di sebelah pintu depan (tempat favorit saya). Alasan saya adalah biar tidak susah keluar apabila bus itu penuh, nanti tinggal menyempil-nyempil dikit, beberapa langkah, lalu HOP! turun lah saya dari bus. Selain itu pula saya selalu senang duduk dekat jendela, biar bisa melihat jalanan luar beserta atribut-atributnya.
Ternyata tempat favorit saya itu mempertemukan saya dengan seorang mas-mas. Dia duduk di sebelah saya persis, bau minyak rambut dan parfum tubuhnya bercampur. Terus terang kalau saya ditanya, saya tidak bisa memilih apakah akan duduk di samping orang yang bau badan atau orang yang kelewat wangi sampai mual.

Ah... kembali ke inti cerita, bukan itu yang mau saya ceritakan.
Ketika 20 (biar akrab nyebut nama bus-nya) baru melewati gedung KPK, telepon genggam si mas-mas tersebut berbunyi. Ada panggilan telepon.

”Halo!!” Saya tidak begitu peduli dengan siapapun yang berteleponan di dalam bus.
”Ya ya, aku Anto..temennya Dodi.”
”Ohhhhh.. kamu Sherly yang waktu itu ya.. yang di Mampang?” S
”Iya iya gak papa.. aku lagi gak sibuk... Apa?? Gak,,aku lagi di mobil..” Saya sedikit peduli dengan penamaan ’mobil’ terhadap bus ini.
“Gak… gak papa.. aku mau balik ke kantor, abis dari bank..” Saya sedikit mencuri pandang ke sebelah kanan saya itu.
”Hahahhaha.. iya.. lagi naik mobil.. iya... enak gak macet..” Saya tahu RS. MMC sudah di depan mata berarti sudah waktunya saya bersiap-siap turun, tapi tetap konsen pada setiap kalimat si mas-mas.
”Gak... temenku yang bawa mobilku.. tenang aja.. kamu lagi dimana ini?”
Bingo! Ternyata dia memberikan penamaan ’mobil’ pada bus bukan karena dia tidak biasa menyebut ’bus’, tetapi dia sedang berbohong, dengan alasan apapun itu kepada lawan bicaranya.

Saya celingak-celinguk...sumpah mati heran kenapa siang ini sang kernet tidak aktif berteriak-teriak seperti layaknya yang ia lakukan terhadap penumpang maupun calon penumpang. Padahal kan tereakan lantang si kernet bisa bikin mas-mas ini berhenti membual. Saya lirik lagi ke kanan, si mas-mas ini asyik tertawa-tawa menikmati obrolan.
Entah karena saya geregetan ingin membuka kedok si mas-mas. Isenglah saya ketika 20 sudah mendekati halte Pasar Festival, sambil mengambil ancang-ancang berdiri, saya agak dekatkan wajah saya ke sebelah kanan, dan berteriak sedikit kencang,didekat telpon genggamnya ”KIRI BANG.. KIRI...PS MAU TURUUUNN!!”

Lalu saya pun melompat. Hop.
Saya tidak menoleh ke belakang,
Tetap jalan santai dengan senyum tersungging puas.


Makanya, jangan suka bohonggg.... ntar ada yang iseng lohhh...ahahahhaa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar