Sabtu, 21 Mei 2011

Laki-laki “berwajah wudhlu”


Dua buah meja dengan kursi yang telah penuh diduduki menjadi jarak pembatas dari kursi tempat aku menikmati hidangan makan siang. Namun, wajah itu bisa mengalihkan pandanganku. Sebuah wajah bersih tapi bukan karena facial di salon. Hanya sebuah wajah hasil basuhan air yang dilakukan dengan rajin.  Basuhan air minimal 5 kali dalam sehari, bisa nambah. Teduh..

Jika aku tidak salah menebak. Tapi aku harap tidak salah tebak.
Aku hanya tahu namanya. Sering jumpa diacara-acara BDI kantor, sering jadi makmumnya tiap shalat zuhur dan ashar. Tidak lebih..

Your fingers cant’be of the same length
Jari-jari kita tidak mungkin sama panjangnya

Ini adalah sebuah pepatah dari negeri China, dimana kita tidak bisa mengharapkan segala sesuatu akan sempurna sekali.
Seringkali kita hanya bisa menikmati sesuatu yang indah dari sebuah etalase. Seringkali kita tidak boleh berlaku seperti seekor kucing yang akan melompati tembok ketika terpojok.
Teman-teman yang membaca tulisan ini bingung dengan kalimat saya? Sama..saya sendiri juga bingung, hehe.
Susah berkata-kata.
Laki-laki “berwajah wudhlu”..
Sebuah aura yang manis, meskipun banyak yang protes ketika aku mengungkapkan pendapat ini. Ah, itu adalah hak semua orang untuk setuju atau tidak. Ini masalah selera. Bahwa letak keindahan tidak melulu dari sebuah kemasan. Ini bukan sebuah produk komersial.

Flowers look differen in different eyes
Setuju dengan kalimat ini?
Bahwa keindahan tergantung dari masing-masing orang yang melihatnya. Tapi ini sekali lagi, ini hanya mengagumi, tak ada maksud lebih.
.


1 komentar:

  1. eh itu kok kaya profile ku tuh tokohnya wkwkwkwk (ngaku2)

    BalasHapus